Pengertian Padi
| ||||||||||||||||
Oryza
sativa
|
Padi adalah salah satu tanaman budidaya terpenting dalam peradaban. Meskipun terutama mengacu pada jenis tanaman budidaya,
padi juga digunakan untuk mengacu pada beberapa jenis dari marga (genus) yang
sama, yang biasa disebut sebagai padi
liar.
Produksi padi dunia menempati urutan
ketiga dari semua serealia, setelah jagung dan gandum. Namun
demikian, padi merupakan sumber karbohidrat utama bagi mayoritas penduduk
dunia.
Pertelaan
Ciri-ciri umum
Terna semusim, berakar serabut;
batang sangat pendek, struktur serupa batang terbentuk dari rangkaian pelepah daun yang saling menopang; daun sempurna dengan pelepah
tegak, daun berbentuk lanset, warna hijau muda hingga hijau tua, berurat daun
sejajar, tertutupi oleh rambut yang pendek dan jarang; bunga tersusun majemuk,
tipe malai bercabang, satuan bunga disebut floret, yang terletak pada satu
spikelet yang duduk pada panikula; buah tipe bulir atau kariopsis yang tidak dapat dibedakan mana buah dan
bijinya, bentuk hampir bulat hingga lonjong, ukuran 3 mm hingga 15 mm, tertutup
oleh palea dan lemma yang dalam bahasa sehari-hari disebut sekam, struktur dominan adalah endospermium yang dimakan orang.
Penyebaran dan adaptasi
Asal-usul padi budidaya diperkirakan
berasal dari daerah lembah Sungai
Gangga dan Sungai
Brahmaputra dan dari lembah Sungai Yangtse.
Di Afrika, padi Oryza glaberrima ditanam di daerah Afrika barat tropika.
Padi pada saat ini tersebar luas di
seluruh dunia dan tumbuh di hampir semua bagian dunia yang memiliki cukup air
dan suhu udara cukup hangat. Padi menyukai tanah yang lembab dan becek.
Sejumlah ahli menduga, padi merupakan hasil evolusi dari tanaman moyang yang
hidup di rawa. Pendapat ini berdasar pada adanya tipe padi yang hidup di
rawa-rawa (dapat ditemukan di sejumlah tempat di Pulau Kalimantan), kebutuhan padi yang tinggi akan air pada sebagian tahap
kehidupannya, dan adanya pembuluh khusus di bagian akar padi yang berfungsi
mengalirkan udara (oksigen) ke
bagian akar.
Reproduksi
Setiap bunga padi memiliki enam
kepala sari (anther) dan kepala putik (stigma) bercabang dua
berbentuk sikat botol. Kedua organ seksual ini umumnya siap reproduksi dalam
waktu yang bersamaan. Kepala sari kadang-kadang keluar dari palea dan lemma
jika telah masak.
Dari segi reproduksi, padi merupakan
tanaman berpenyerbukan
sendiri, karena 95% atau lebih serbuk
sari membuahi sel
telur tanaman yang sama.
Setelah pembuahan terjadi, zigot dan inti
polar yang telah dibuahi segera membelah
diri. Zigot berkembang membentuk embrio dan inti polar menjadi endospermia. Pada akhir perkembangan, sebagian besar bulir padi
mengadung pati di bagian endospermia. Bagi tanaman muda, pati berfungsi sebagai
cadangan makanan. Bagi manusia, pati dimanfaatkan sebagai sumber gizi.
Genetika, dan perbaikan varietas
Satu set genom padi terdiri dari 12 kromosom. Karena padi adalah tanaman diploid, maka setiap sel padi memiliki 12 pasang kromosom (kecuali sel seksual).
Padi merupakan organisme
model dalam kajian genetika tumbuhan
karena dua alasan: kepentingannya bagi umat manusia dan ukuran kromosom yang
relatif kecil, yaitu 1.6~2.3 × 108 pasangan basa (base pairs,
bp) (Sumber: situs Gramene.org).
Sebagai tanaman model, genom padi telah disekuensing,
seperti juga genom manusia.
Hasil sekuensing genom padi dapat dilihat di situs NCBI.
Pemuliaan padi telah berlangsung
sejak manusia membudidayakan padi. Dari hasil tindakan ini orang mengenal
berbagai macam ras lokal padi, seperti rajalele dari Klaten atau cianjur pandanwangi dari Cianjur. Orang
juga berhasil mengembangkan padi lahan kering (padi gogo) yang tidak memerlukan
penggenangan atau padi rawa, yang mampu beradaptasi terhadap kedalaman air rawa
yang berubah-ubah. Di negara lain dikembangkan pula berbagai tipe padi (lihat bagian
Keanekaragaman padi).
Namun demikian, pemuliaan padi
secara sistematis baru dilakukan sejak didirikannya IRRI di Filipina. Sejak
saat itu, berbagai macam tipe padi dengan kualitas berbeda-beda berhasil
dikembangkan secara terencana untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia.
Pada tahun 1960-an pemuliaan padi
diarahkan sepenuhnya pada peningkatan hasil. Hasilnya adalah padi 'IR5' dan
'IR8' (di Indonesia diadaptasi menjadi 'PB5' dan 'PB8'). Walaupun hasilnya
tinggi tetapi banyak petani menolak karena rasanya tidak enak (pera). Selain
itu, terjadi wabah hama wereng
coklat pada tahun 1970-an. Puluhan ribu
persilangan kemudian dilanjutkan untuk menghasilkan kultivar dengan potensi
hasil tinggi dan tahan terhadap berbagai hama dan penyakit padi.
Pada tahun 1984 Indonesia pernah meraih penghargaan dari PBB (FAO) karena
berhasil meningkatkan produksi padi hingga dalam waktu 20 tahun dapat berubah
dari pengimpor padi terbesar dunia menjadi negara swasembada beras. Prestasi
ini, sayangnya, tidak dapat dilanjutkan. Saat ini Indonesia kembali menjadi
pengimpor padi terbesar di dunia.
Hadirnya bioteknologi dan rekayasa
genetika pada tahun 1980-an memungkinkan
perbaikan kualitas nasi. Sejumlah tim peneliti di Swiss mengembangkan padi
transgenik yang mampu memproduksi toksin bagi hama pemakan bulir padi dengan harapan menurunkan
penggunaan pestisida. IRRI, bekerja sama dengan beberapa lembaga lain, merakit
"padi emas"
(golden rice) yang dapat menghasilkan pro-vitamin
A pada berasnya, yang diarahkan bagi
pengentasan defisiensi vitamin A di berbagai negara
berkembang. Suatu tim peneliti dari Jepang juga mengembangkan padi yang menghasilkan toksin bagi bakteri kolera[1].
Diharapkan beras yang dihasilkan padi ini dapat menjadi alternatif imunisasi
kolera, terutama di negara-negara berkembang.
Sejak penghujung abad ke-20
dikembangkan padi hibrida, yang
memiliki potensi hasil lebih tinggi. Karena biaya pembuatannya tinggi, kultivar
jenis ini dijual dengan harga lebih mahal daripada kultivar padi yang dirakit
dengan metode lain.
Selain perbaikan potensi hasil,
sasaran pemuliaan padi mencakup pula tanaman yang lebih tahan terhadap berbagai
organisme pengganggu tanaman (OPT) dan tekanan (stres) abiotik (seperti kekeringan,
salinitas, dan tanah masam). Pemuliaan yang diarahkan pada peningkatan kualitas
nasi juga dilakukan, misalnya dengan perakitan kultivar mengandung karoten
(provitamin A).
Keanekaragaman
Keanekaragaman genetik
Hingga sekarang ada dua spesies padi yang dibudidayakan manusia secara massal: Oryza
sativa yang berasal dari Asia dan O.
glaberrima yang berasal dari Afrika
Barat.
Pada awal mulanya O. sativa
dianggap terdiri dari dua subspesies, indica dan japonica (sinonim sinica).
Padi japonica umumnya berumur panjang, postur tinggi namun mudah rebah,
lemmanya memiliki "ekor" atau "bulu" (Ing. awn),
bijinya cenderung membulat, dan nasinya lengket. Padi indica,
sebaliknya, berumur lebih pendek, postur lebih kecil, lemmanya tidak
ber-"bulu" atau hanya pendek saja, dan bulir cenderung oval sampai
lonjong. Walaupun kedua anggota subspesies ini dapat saling membuahi,
persentase keberhasilannya tidak tinggi. Contoh terkenal dari hasil persilangan
ini adalah kultivar 'IR8',
yang merupakan hasil seleksi dari persilangan japonica (kultivar
'Deegeowoogen' dari Formosa) dengan indica
(kultivar 'Peta' dari Indonesia).
Selain kedua varietas ini, dikenal varietas minor javanica yang memiliki
sifat antara dari kedua tipe utama di atas. Varietas javanica hanya
ditemukan di Pulau Jawa.
Kajian dengan bantuan teknik biologi
molekular sekarang menunjukkan bahwa selain
dua subspesies O. sativa yang utama, indica dan japonica,
terdapat pula subspesies minor tetapi bersifat adaptif tempatan, seperti aus
(padi gogo dari Bangladesh), royada (padi pasang-surut/rawa dari Bangladesh), ashina (padi pasang-surut dari India), dan aromatic (padi wangi dari Asia Selatan dan Iran, termasuk padi basmati yang terkenal). Pengelompokan ini
dilakukan menggunakan penanda RFLP dibantu dengan isozim.[2]
Kajian menggunakan penanda genetik SSR terhadap genom inti
sel dan dua lokus pada genom kloroplas menunjukkan bahwa pembedaan indica dan japonica
adalah mantap, tetapi japonica ternyata terbagi menjadi tiga kelompok
khas: temperate japonica ("japonica daerah sejuk" dari
Cina, Korea, dan Jepang), tropical japonica ("japonica daerah
tropika" dari Nusantara),
dan aromatic. Subspesies aus merupakan kelompok yang terpisah.[3]
Berdasarkan bukti-bukti evolusi
molekular diperkirakan kelompok besar indica dan japonica
terpisah sejak ~440.000 tahun yang lalu dari suatu populasi spesies moyang O.
rufipogon.[3]
Domestikasi
padi terjadi di titik tempat yang berbeda terhadap dua kelompok yang sudah
terpisah ini. Berdasarkan bukti arkeologi padi mulai dibudidayakan
(didomestikasi) 10.000 hingga 5.000 tahun sebelum masehi.[4]
Keanekaragaman budidaya
Padi gogo
Di beberapa daerah tadah hujan orang
mengembangkan padi gogo, suatu tipe padi lahan kering yang relatif toleran
tanpa penggenangan seperti di sawah. Di Lombok dikembangkan sistem padi gogo rancah, yang memberikan
penggenangan dalam selang waktu tertentu sehingga hasil padi meningkat.
Padi rawa
Padi rawa atau padi pasang surut
tumbuh liar atau dibudidayakan di daerah rawa-rawa. Selain di Kalimantan, padi
tipe ini ditemukan di lembah Sungai Gangga. Padi rawa mampu membentuk batang
yang panjang sehingga dapat mengikuti perubahan kedalaman air yang ekstrem
musiman.
Keanekaragaman tipe beras/nasi
Artikel
utama untuk bagian ini adalah: Beras
Padi pera
Padi pera adalah padi dengan kadar amilosa pada pati lebih dari 20% pada berasnya. Butiran nasinya jika ditanak tidak saling melekat. Lawan
dari padi pera adalah padi pulen. Sebagian besar orang Indonesia menyukai nasi
jenis ini dan berbagai jenis beras yang dijual di pasar Indonesia tergolong
padi pulen. Penggolongan ini terutama dilihat dari konsistensi nasinya.
Ketan
Ketan (sticky rice), baik
yang putih maupun merah/hitam, sudah dikenal sejak dulu. Padi ketan memiliki
kadar amilosa di bawah 1% pada pati berasnya. Patinya didominasi oleh amilopektin, sehingga jika ditanak sangat lekat.
Padi wangi
Padi wangi atau harum (aromatic
rice) dikembangkan orang di beberapa tempat di Asia, yang terkenal adalah
ras 'Cianjur Pandanwangi' (sekarang telah menjadi kultivar unggul) dan
'rajalele'. Kedua kultivar ini adalah varietas javanica yang berumur
panjang.
Di luar negeri orang mengenal padi
biji panjang (long grain), padi biji pendek (short grain), risotto,
padi susu umumnya menggunakan metode
silsilah. Salah satu tahap terpenting dalam
pemuliaan padi adalah dirilisnya kultivar 'IR5' dan 'IR8', yang merupakan padi pertama yang berumur
pendek namun berpotensi hasil tinggi. Ini adalah awal revolusi hijau
dalam budidaya padi. Berbagai kultivar padi berikutnya umumnya memiliki 'darah'
kedua kultivar perintis tadi.
Hama dan penyakit
Hama-hama penting
- Penggerek batang padi putih ("sundep", Scirpophaga innotata)
- Penggerek batang padi kuning (S. incertulas)
- Wereng batang punggung putih (Sogatella furcifera)
- Wereng coklat (Nilaparvata lugens)
- Wereng hijau (Nephotettix impicticeps)
- Lembing hijau (Nezara viridula)
- Walang sangit (Leptocorisa oratorius)
- Ganjur (Pachydiplosis oryzae)
- Lalat bibit (Arterigona exigua)
- Ulat tentara/Ulat grayak (Spodoptera litura dan S. exigua)
- Tikus sawah (Rattus argentiventer)
Penyakit-penyakit penting
- blas (Pyricularia oryzae, P. grisea)
- hawar daun bakteri ("kresek", Xanthomonas oryzae pv. oryzae)
Pengolahan gabah menjadi nasi
Setelah padi dipanen, bulir padi atau gabah dipisahkan dari jerami padi. Pemisahan dilakukan dengan memukulkan seikat padi
sehingga gabah terlepas atau dengan bantuan mesin pemisah gabah.
Gabah yang terlepas lalu dikumpulkan
dan dijemur. Pada zaman dulu, gabah tidak dipisahkan lebih dulu dari jerami,
dan dijemur bersama dengan merangnya. Penjemuran biasanya memakan waktu tiga
sampai tujuh hari, tergantung kecerahan penyinaran matahari. Penggunaan mesin
pengering jarang dilakukan. Istilah "Gabah
Kering Giling" (GKG) mengacu pada gabah yang
telah dikeringkan dan siap untuk digiling. (Lihat pranala luar). Gabah
merupakan bentuk penjualan produk padi untuk keperluan ekspor atau perdagangan partai besar.
Gabah yang telah kering disimpan
atau langsung ditumbuk/digiling, sehingga beras terpisah dari sekam (kulit gabah). Beras merupakan bentuk olahan yang dijual
pada tingkat konsumen. Hasil
sampingan yang diperoleh dari pemisahan ini adalah:
- sekam (atau merang), yang dapat digunakan sebagai bahan bakar
- bekatul, yakni serbuk kulit ari beras; digunakan sebagai bahan makanan ternak, dan
- dedak, campuran bekatul kasar dengan serpihan sekam yang kecil-kecil; untuk makanan ternak.
Beras dapat dikukus atau ditim agar
menjadi nasi yang siap
dimakan. Beras atau ketan yang ditim dengan air berlebih akan menjadi bubur. Pengukusan beras dapat juga dilakukan dengan pembungkus,
misalnya dengan anyaman daun kelapa muda menjadi ketupat, dengan daun pisang menjadi lontong, atau dengan bumbung bambu yang
disebut lemang (biasanya
dengan santan). Beras
juga dapat diolah menjadi minuman penyegar (beras
kencur) atau obat balur untuk mengurangi
rasa pegal (param).
Produksi padi dan perdagangan dunia
Bagian ini memerlukan aktualisasi
Negara produsen padi terkemuka
adalah Republik Rakyat Cina
(31% dari total produksi dunia), India (20%), dan Indonesia (9%). Namun hanya sebagian kecil produksi padi dunia yang
diperdagangkan antar negara (hanya 5%-6% dari total produksi dunia). Thailand merupakan pengekspor padi utama (26% dari total padi yang
diperdagangkan di dunia) diikuti Vietnam (15%) dan Amerika
Serikat (11%). Indonesia merupakan
pengimpor padi terbesar dunia (14% dari padi yang diperdagangkan di dunia)
diikuti Bangladesh
(4%), dan Brazil
(3%).Produksi padi Indonesia pada 2006 adalah 54 juta ton , kemudian tahun 2007
adalah 57 juta ton (angka ramalan III), meleset dari target semula yang 60 juta
ton akibat terjadinya kekeringan yang disebabkan gejala ENSO.
Sumber:
Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO)[1] |
|||||
0 komentar:
Posting Komentar